Kita sering berpikir
negatif tentang lalat, tapi makhluk yang satu ini memiliki sesuatu yang sangat
menakjubkan.
Sayap lalat bergetar
menurut sinyal listrik yang dihantarkan oleh saraf. Contohnya, pada belalang
setiap satu sinyal saraf menghasilkan satu pengerutan otot yang akibatnya
menggerakkan sayap. Dua kelompok otot yang berlawanan, yang dikenal sebagai
"pengangkat" dan "peredam" menjadikan sayap bergerak naik
dan turun dengan menarik dalam arah yang berlawanan.
Jangkrik mengepakkan
sayapnya dua belas hingga lima belas kali per detik, namun serangga yang lebih
kecil perlu jumlah kepakan yang lebih tinggi agar dapat terbang. Contohnya,
jika lebah madu, tawon dan lalat mengepakkan sayapnya 200 hingga 400 kali per
detik, jumlah ini meningkat hingga 1000 kali pada ngengat dan beberapa parasit
sepanjang 1 milimeter.7 Bukti lain yang jelas tentang
penciptaan yang sempurna adalah bahwa makhluk terbang sepanjang 1 milimeter
mampu mengepakkan sayapnya dengan jumlah yang luar biasa mencapai seribu kali
per detik tanpa membakar, mengoyak, atau pun melelahkan serangga itu.
Jika kita teliti
makhluk terbang ini lebih dekat lagi, kekaguman kita akan rancangannya pun
bertambah.
Telah disebutkan bahwa
sayap mereka digerakkan dengan perantaraan sinyal listrik yang dikirimkan
melalui saraf. Akan tetapi, suatu sel saraf hanya mampu menghantarkan
sebanyak-banyaknya 200 sinyal per detik. Lalu, bagaimana mungkin serangga
terbang kecil ini mencapai 1000 kepakan sayap per detik ?
Terdapat suatu sistem
pada lalat, lebah madu, dan tawon yang mengubah kepak sayap menjadi gerakan
"otomatis." Otot-otot yang memungkinkan penerbangan pada serangga-serangga
ini tidak terikat langsung pada tulang-tulang tubuh. Sayap menempel ke dada
dengan persendian yang berguna sebagai poros. Otot yang menggerakkan sayap
dihubungkan dengan permukaan bawah dan atas dada. Ketika otot-otot tersebut
mengerut, dada bergerak dalam arah berlawanan, yang pada gilirannya menimbulkan
tarikan ke bawah.
Mengendurkan
sekelompok otot secara otomatis menghasilkan pengerutan kelompok yang
berlawanan yang diikuti dengan pengenduran. Dengan kata lain, hal ini merupakan
suatu "sistem otomatis." Dengan cara ini, gerakan otot berlanjut
tanpa henti hingga sinyal pemberitahuan berlawanan dikirimkan melalui saraf
yang mengendalikan sistem tersebut.
Cara terbang seperti
itu dapat dibandingkan dengan sebuah jam yang bekerja berdasarkan pegas melingkar.
Bagian ini ditempatkan dengan tepat sehingga satu gerakan tunggal saja dengan
mudah menggerakkan sayap. Mustahil kita tidak melihat rancangan yang sempurna
pada contoh ini. Ciptaan Allah yang sempurna pun terbukti.
Gerak terbang lalat
Tidak cukup hanya
mengepakkan sayap naik turun untuk menjaga kelancaran terbang. Sayap harus
mengubah sudut-sudut selama tiap kepakan untuk menghasilkan gaya dorong serta
mengangkat tubuhnya. Sayap memiliki kelenturan tertentu untuk berputar
tergantung pada jenis serangganya. Otot terbang utama, yang juga menghasilkan
tenaga yang diperlukan untuk terbang, mendukung kelenturan ini,
Sebagai contoh, untuk
terbang lebih tinggi, otot-otot antara sambungan sayap mengerut lebih jauh
untuk meningkatkan sudut sayap. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
teknik film berkecepatan tinggi mengungkapkan bahwa sayap meninggalkan jejak
bulat lonjong ketika terbang. Dengan kata lain, lalat tidak hanya menggerakkan
sayapnya naik dan turun, namun juga menggerakkannya dalam gerak melingkar
seperti mendayung perahu di air. Gerakan ini dimungkinkan oleh otot-otot utama
tadi.
Permasalahan terbesar
yang dihadapi jenis serangga dengan tubuh kecil adalah ketidakmampuan mencapai
keadaan yang diperlukan ini. Udara bergerak seolah menghambat sayap
serangga-serangga kecil ini dan sangat mengurangi efisiensi sayap.
Karena itulah,
beberapa serangga yang ukuran sayapnya tidak lebih dari satu milimeter, harus
mengepakkan sayapnya 1000 kali per detik untuk mengatasi ketidakmampuannya itu.
Para peneliti
berpendapat bahwa bahkan kecepatan ini saja tidak cukup untuk mengangkat
serangga, sehingga mereka menggunakan sistem lainnya juga.
0 comments:
Post a Comment